BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transistor
merupakan salah satu komponen elektronika yang memiliki beberapa fungsi. Selain
sebagai penguat, transistor dapat pula digunakan sebagai saklar yang dapat
mengaktifkan maupun menonaktifkan saklar. Arus
yang dimatikan ataupun dinyalakan adalah arus dari kolektor menuju emitor,
melalui trigger yang diinputkan melalui basis dari transistor tersebut.
Berbekal
pada salah satu sifat transistor tersebut, maka dapat kita buat rangkaian yang
berfungsi untuk mengubah polaritas dari yang semula positif menjadi negatif dan
begitu pula sebaliknya, atau bisa kita sebut dengan driver motor DC H-Bridge.
Pada
kali ini kita akan mempelajari lebih rinci mengenai rangkaian driver motor DC
H-Bridge ini dengan bahan dasar 4 buah transistor tipe NPN.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan
kegunaan driver motor DC H-Bridge
Rangkaian driver motor DC H-Bridge
adalah rangkaian yang berfungsi untuk membalik polaritas suatu aliran listrik.
Jika terdapat dua kabel, kabel A dan kabel B, maka pada kondisi A, di mana pada
kondisi ini rangkaian mendapatkan sebuah trigger pada input A, maka kabel A
akan bermuatan positif dan kabel B bermuatan negatif. Ketika kondisi B,
rangkaian mendapatkan trigger pada input B, maka polaritas akan terbalik dari
input A, yaitu kabel A bermuatan negatif dan kabel B bermuatan positif.
Rangkaian ini banyak digunakan sebagai
pengendali motor penggerak dari sebuah robot beroda. Motor yang digunakan
adalah motor listrik DC yang dapat bergerak bolak – balik, sehingga ketika
polaritas sebuah motor DC tersebut dibalik, maka putarannya juga ikut terbalik.
Sebuah robot akan bergerak maju atau mundur bedasarkan trigger yang dikirimkan
dari otak robot ke driver ini. Sebagai contoh, misalkan trigger diumpankan ke
input A, maka robot akan bergerak maju, begitu juga sebaliknya jika trigger
diberikan pada input B, maka robot akan bergerak mundur. Sehingga pengendalian
pergerakan ini berdasarkan sinyal, bukan saklar manual.
Selain robot, rangkaian ini juga bisa
kita jumpai pada pada alat – alat yang membutuhkan pergerakan bolak – balik
dari sebuah motor. Seperti driver buka tutup pintu otomatis, driver laci dari
mekanik VCD/DVD, dan lain sebagainya.
Namun agar lebih jelas nantinya kita
dapat gunakan osiloskop untuk mengetahui sinyal outputnya. Selain itu kita juga
dapat menggunakan LED sebagai indikator dari suatu polaritas. Misalnya kita
gunakan 2 buah LED yang berbeda warna yang dapat menyala bergantian sesuai
dengan kondisi dari polaritas tersebut.
2.2
Komponen dan kegunaannya masing - masing
Rangkaian ini pada
intinya adalah menggunakan transistor sebagai komponen inti. Namun rangkaian driver
motor DC H-Bridge ini tidak bisa bekerja maksimal apabila tidak didukung oleh
komponen – komponen lainnya.
Berikut ini adalah komponen yang
dibutuhkan untuk memaksimalkan kinerja:
1. Transistor
Transistor adalah
komponen yang mempunyai banyak kegunaan, selain sebagai penguat, transistor
juga dapat digunakan sebagai saklar. Pada rangkaian kali ini, transistor akan
lebih cenderung kita fungsikan sebagai saklar, yang mana apabila kita berikan
trigger pada basis, maka arus dari dari VCC akan mengalir dari kolektor ke
emitor. Dan jika semakin besar trigger yang berikan maka akan semakin besar
saklar yang terbuka. Agar lebih memudahkan
dalam perangkaian dan analisa, maka kita dapat gunakan transistor tipe NPN.
Yaitu 4 buah transistor TIP31 yang mana dapat kita lihat lebih rinci lagi pada
datasheet yang diampirkan pada akhir halaman.
2. Resistor
Resistor
adalah komponen yang secara umum berfungsi sebagai hambatan atau tahanan. Yang
mana apabila dilewati oleh tegangan, maka tegangan tersebut akan tertahan,
sehingga tegangan yang ada telah berkurang di resistor. Hal ini karena berlakunya
hukum kirchoof voltage law (KVL) yang mana jumlah tegangan sumber adalah
keseluruhan beban yang bekerja.
Di
sini resistor lebih spesifik sebagai resistor pembias dari konfigurasi
transistor yang ada, yaitu TIP31. Setiap transistor didampingi satu oleh
resistor basis masing - masing. Dan resistor tersebut nilai resistansinya
disamakan, yaitu pada nilai 560 ohm.
Pemilihan
nilai 560 ohm adalah bertujuan agar arus yang diperoleh lebih besar. Hal ini
sesuai dengan rumus tegangan yaitu tegangan sama dengan arus dikalikan
hambatan. Sehingga tegangan berbanding lurus dengan arus, sedangkan hambatan
berbanding terbalik dengan arus.
Nilai
resistansi dari masing – masing resistor dibuat sama adalah bertujuan untuk
menyeimbangkan kinerja antar resistor. Jika nilai resistansi berbeda, maka arus
yang masuk ke basis akan berbeda. Hal ini akan mempengaruhi seberapa lebar transistor
akan membuka gerbangnya agar arus dari kolektor dapat melaluinya.
3. Potensiometer
Potensiometer
adalah salah satu dari jenis – jenis resistor yang ada. Jika pada umumnya
sebuah resistor memiliki nilai resistansi yang tetap, yaitu nilai yang tidak
dapat diubah – ubah kembali. Namun potensiometer ini berbeda dengan resistor
pada umumnya, yaitu nilai resistansinya dapat kita ubah sesuai keinginan kita.
Resistor
yang satu ini memiliki 3 pin yang tersusun secara berurutan. Kebanyakan
penggunaan pin dari potensiometer ini adalah pin pertama dihubungkan dengan
ground, pin kedua dihubungkan dengan output, dan pin terakhir atau pin ketiga
dihubungkan dengan input. Namun
kali ini penggunaan pin dari potensiometer ini sedikit berbeda, kali ini potensiometer
akan kita fungsikan untuk mengkondisikan trigger, apakah dikirim ke input A
atau ke input B. Dengan urutan pin sebagai berikut; pin pertama diarahkan ke
input A, pin kedua ke sumber trigger, dan pin terakhir ke input B.
Pada
driver motor DC H-Bridge yang sesungguhnya, potensiometer ini tidak diperlukan.
Ini karena pengaturan trigger langsung dibawah kendali dari otak robot tersebut
(proccessor) yang dengan sendirinya akan memberikan trigger pada input A
ataupun input B, tergantung kebutuhan dari robot tersebut. Dan saat ini kita
membutuhkan potensiometer sebagai pengganti dari otak robot tersebut.
4. LED
(Light Emmitting Diode)
LED
(Light Emmitting Diode) adalah salah satu jenis dioda yang dapat memancarkan
cahaya apabila dirangkai secara forward bias. Namun jika di rangkai secara
reserve bias, maka sama dengan dioda pada umumnya yaitu dioda tidak akan
bekerja atau menyala jika pada LED. Dan
di sini LED akan difunsikan sebagai lampu indikator dari rangkaian. Terdapat 2
buah LED yang dirangkai secara terbalik yang mana tiap LED berungsi sebagai
indikator bahwa terdapat arus yang secara forward bias telah melewatinya. Dan
pada LED ini juga dibutuhkan sebuah resistor pada tiap – tiap LEDnya. Hal ini
berujuan agar arus yang masuk ke LED tidak terlalu besar, sehingga LED dapat
bekerja dengan baik dan tidak putus atau rusak.
2.3 Analisa rangkaian diver motor
1. Prinsip kerja
rangkaian
Pada dasarnya, prinsip kerja dari
rangkaian ini adalah bagaimana bisa mengalirkan arus dari VCC, kemudian melalui
beban dan kembali lagi kerangkaian untuk menuju ground. Namun tak hanya itu,
kita akan membuat dua kondisi yang berbeda, kondisi di mana beban dapat
memperoleh dua polaritas yang berbeda atau terbalik tanpa harus mengubah
rangkaian. Untuk itu kita akan menggunakan salah satu fungsi transistor, yaitu
transistor sebagai saklar, yang bekerjanya dipengaruhi oleh trigger yang
diberikan.
Untuk lebih jelasnya bagaimana
konfigurasinya, dapat kita perhatikan skema berikut:
|
Skema keseluruhan |
Dari skema di atas dapat kita
ketahui bahwa terdapat VDD yang di sini berperan sebagai trigger yang akan
membuka gerbang saklar transistor tersebut. Melalui potensiometer, trigger dari
VDD akan diatur apakah akan dimasukkan sepenuhnya ke input A atau input B ataupun
hanya dimasukkan beberapa bagian saja. Jadi pada potensiometerlah kita yang
akan dapat mengontrol dan mengoperasikan driver ini. Sehingga terciptalah
beberapa kondisi sebagai berikut:
1. Potensiometer
terbuka 0%
- Ketika
potensiometer dikondisikan pada 0%, maka arus dari VDD sepenuhnya terkirim ke
input B dan input A sangat kecil maka bisa dianggap tidak ada arus dari VDD.
- Arus
yang masuk ke input B kemudian mengalir ke R2 dan R3.
- Transistor
2 dan 3 (Q2 dan Q3) memenerima trigger dari R2 dan R3 yang cukup besar sehingga
transistor tersebut terbuka.
- Sedangkan
Q1 dan Q4 tetap tertutup karena tidak mendapatkan trigger.
- Setelah
saklar terbuka maka arus dari VCC dapat mengalir dari kolektor Q3 menuju
emitor.
- Setelah
melalui Q3 kemudian menuju beban (di sini kita dapat menggunakan osiloskop,
multimeter dan LED)
- Arus
dari VCC yang telah melalui kemudian menuju Q2 yang telah terbuka
- Setelah
dari Q2 maka dapat langsung ke ground.
- Dengan demikian, kabel
B bermuatan positif karena terhubung dengan VCC sedangkan kabel A bermuatan
negatif karena terhubung dengan ground.
- LED2 akan menyala
karena mendapatkan arus secara forward bias, sedangkan LED1 reserve bias
sehingga tidak menyala.
Untuk
alur perjalanan arus dapat dilihat pada gambar berikut:
|
Alur arus pada saat potensiometer 0% |
|
Tampilan
pada osiloskop saat potensiometer 0%
|
|
Tampilan pada voltmeter saat potensiometer 0% |
2. Pontensiometer
terbuka 100%
- Ketika
potensiometer dikondisikan pada 100%, maka arus dari VDD sepenuhnya terkirim ke
input A dan input B sangat kecil maka bisa dianggap tidak ada arus dari VDD.
- Arus
yang masuk ke input A kemudian mengalir ke R1 dan R4.
- Transistor
1 dan 4 (Q1 dan Q4) memenerima trigger dari R1 dan R4 yang cukup besar sehingga
transistor tersebut terbuka.
- Sedangkan
Q2 dan Q3 tetap tertutup karena tidak mendapatkan trigger.
- Setelah
saklar terbuka maka arus dari VCC dapat mengalir dari kolektor Q1 menuju
emitor.
- Setelah
melalui Q1 kemudian menuju beban (di sini kita dapat menggunakan osiloskop,
multimeter dan LED)
- Arus
dari VCC yang telah melalui kemudian menuju Q4 yang telah terbuka.
- Setelah
dari Q4 maka dapat langsung ke ground.
- Dengan demikian, kabel
A bermuatan positif karena terhubung dengan VCC sedangkan kabel B bermuatan
negatif karena terhubung dengan ground.
- LED1 akan menyala
karena mendapatkan arus secara forward bias, sedangkan LED2 reserve bias
sehingga tidak menyala
Untuk
alur perjalanan arus dapat dilihat pada gambar berikut:
|
Alur arus pada saat potensiometer 100% |
|
Tampilan pada osiloskop saat potensiometer 100% |
|
Tampilan pada voltmeter saat potensiometer 100% |
3. Potensiometer
terbuka selain 0% dan 100%
3.a Tegangan
Trigger
Pada
dasarnya potensiometer di sini bertugas membagi tegangan atau mengarahkan
tegangan dari VDD apakah akan dikirim ke input A atau input B. Pada posisi
potensiometer terbuka 0%, maka voltase dibagikan ke input B 100% dan input A 0%
dari total tegangan VDD. Begitu pula ketika diposisikan pada terbuka 100%, maka
pembagian voltasenya adalah di input A adalah 100% dan input B adalah 0% dari
tegangan VDD.
Namun
apabila ketika potensiometer terbuka lebih dari 0% dan kurang dari 100%, maka
kedua input akan sama – sama memiliki tegangan, namun tegangan tersebut tidak
selalu sama besar. Tergantung seberapa besar potensiometer tersebut dibuka
seberapa besar. Semakin besar potensiometer dibuka maka semakin besar input A
dan semakin kecil input begitu pula sebaliknya.
3.b Tegangan
dan polaritas output
Pada
tegangan output polaritasnya mengikuti input mana yang lebih dominan. Jika
input A lebih dominan maka kabel A akan bermuatan positif dan kabel B akan
bermuatan negatif. Namun apabila input B yang lebih dominan maka kabel B yang
bermuatan positif dan kabel A yang bermuatan negatif. Namun nilai tegangan yang
dihasilkan sangat kecil.
Namun
apabila potensiometer pada posisi 50 persen, maka hal tersebut akan membuat
trigger ke input A dan input B sama besar, sehingga gerbang transistor yang
terbuka sama besar. Alhasil baik kabel A dan kabel B memiliki tegangan yang
sama besar pula, sehingga tidak ada beda potensial antara kabel A dengan kabel
B (V=0).
3.1 Kesimpulan
Driver
motor DC H-Bridge adalah sebuah rangkak elektronika analog yang berfungsi untuk
mengatur perputaran dari sebuah motor DC. Apakah motor DC tersebut akan
bergerak maju atau bergerak mundur. Yaitu dengan membolak – balik polaritas
dari sumber tegangan. Dan rangkaian ini yang akan melakukannya.
Prinsip
kerja dari rangkaian ini adalah mengatur polaritas sumber tegangan dengan
memainkan 4 buah transistor sebagai komponen utamanya. Selain itu menggunakan
pula potensiometer untuk mengatur trigger yang akan dikirimkan dan dilaksanakan.
Karakteristik
transistor adalah ketika basis mendapatkan tegangan atau tegangannya naik, maka
arus dari kolektor akan mengalir ke emitor. Dan inilah cara kerja saklar pada
transistor.
3.2 Saran
Sejalan
dengan berkembangnya teknologi, rangkaian analog ini lebih ditinggalkan baik
dalam penggunaannya di robot maupun peralatan lainnya. Banyak yang beralih ke driver
digital yang mana pengaturannya menggunakan sistem digital. Sehingga kami
sarankan selain mempelajari driver analog ini, kita setidaknya juga mempelajari
driver digital yang lebih banyak digunakan.
Daftar Rujukan
Elektronika
Dasar (2012), “Driver Motor DC H-Bridge Transistor” “http://elektronika-dasar.web.id/artikel-elektronika/driver-motor-dc-h-bridge-transistor/“
(Diakses pada 16 November 2014)
Seputar
Elka (2013), “Prinsip Kerja Driver Motor DC” “http://amrizalfile.blogspot.com/2013/04/prinsip-kerja-driver-motor-dc.html?m=1”
(Diakses pada 16 November 2014)
Belum ada tanggapan untuk "DRIVER MOTOR H-BRIDGE"
Posting Komentar